Pasti para Ayahanda di sini pernah merasakan galaunya saat hendak membeli kendaraan. Semua variabel jadi pertimbangan. Mulai dari desain hingga teknologi yang ditawarkan.
Termasuk saat hendak membeli kendaraan listrik. Kota-kota di luar Jawa masih memiliki keterbatasan, yakni dalam keberadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum alias SPKLU. Sampat akhir tahun 2023 lalu, hanya ada 2 SPKLU di Aceh. Menariknya, jumlah transaksi listrik meningkat sehingga tahun 2024 pemerintah Aceh berkomitmen akan membangun hingga 24 SPKLU.
Kendaraan dengan bahan bakar minyak sudah “ketinggalan zaman”. Sedangkan kendaraan listrik masih minim infrastruktur. Untunglah ada solusi, yakni kendaraan hybrid, alias bisa diisi dengan bahan bakar minyak atau listrik.
Cara kerja kendaraan hybrid adalah terkait dengan penggunaan dua sumber daya, yaiitu mesin pembakaran internal dengan bensin, dan motor listrik yang dioperasikan oleh baterai.
Pada kecepatan rendah, atau dalam kondisi stop-and-go misalnya seperti saat macet, kendaraan hybrid akan menggunakan motor listrik. Jadi, tanpa emosi alias tanpa bahan bakar. Artinya motor hybrid akan bekerja tanpa emisi dan tanpa menggunakan bahan bakar.
Kemudian ketika kecepatan sedang atau tinggi, misalnya di jalan raya, hal tersebut membutuhkan tenaga yang lebih besar sehingga harus menggunakan mesin pembakaran internal.
Lalu bagaimana saat mengerem? Nah ada proses yang namanya regenerative braking. Motor hybrid mengambil energi yang biasanya hilang, kemudian mengubahnya menjadi listrik dan disimpan dalam baterai. Selain itu, baterai motor hybrid juga dapat diisi ulang oleh mesin pembakaran internal, yang bekerja saat kecepatan tinggi. Dengan demikian, pengendara tak perlu mencolokkan motor hybrid ke sumber listrik untuk mengisi ulang baterainya, seperti yang harus dilakukan pada kendaraan listrik murni.
Pada lingkungan pemerintahan, kutengok kendaraan yang jadi objek pengadaan sudah tipe hybrid. Alasan lain kenapa hybrid, karena penggunaannya relatif jarak jauh. Sehingga kedua fungsi mesin tersebut dibutuhkan buat jaga-jaga tentang ketersediaan bahan bakar.
Jadi makin banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan.
Pertama, Esiensi Bahan Bakar yang Tinggi. Dengan kendaraan berteknologi hybrid, otomoasi antara mesin bensin dengan mesin listrik pada kondisi kita berkendara memungkinkan penggunaan bahan bakar yang yang lebih efisien, terutama di perkotaan dengan lalu lintas padat. Efisiensi tersebut berujung pada penghematan biaya. Harusnya nih, kendaraan pemerintah bisa pakai minimal hybrid. Biaya operasionalnya bisa lebih rendah. Hemat dong. Konsumsi bahan bakar yang lebih rendah berarti pengeluaran untuk bensin juga akan berkurang, memberikan penghematan biaya jangka panjang.
Kedua, Ramah Lingkungan. Saat ini Indonesia rajin bicara dampak perubahan iklim. Kendaraan hybrid tentu saja menghasilkan Emisi gas buang rendah. Memang yang 200% listrik tanpa emosi, tapi ya dengan segala keterbatasan situasi, pilihan kendaraan hybrid mendingan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan konvensional, sehingga mengurangi polusi udara dan dampak negatif terhadap lingkungan. Terutama di perkotaan, penggunaan kendaraan hybrid sedikit banyak bisa membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada udara yang lebih bersih.
Ketiga, soal Performa yang Lebih Baik. Katanya sih akselerasinya lebih responsif dan halus. Terutama saat start atau transisi yang membutuhkan tenaga ekstra/mau mengebut. Salah satu kelebihan dari motor listrik yaitu memberikan tenaga instan yang dapat meningkatkan pengalaman berkendara, terutama di lalu lintas perkotaan yang sering berhenti-jalan. Tidak lupa pula, suaranya lebih halus dari kendaraan bahan bakar bensin total. Jadinya kita bisa merasa lebih nyaman dalam berkendara.
Terakhir, ngomong-ngomong soal nyaman, nah kendaraan hybrid itu dari sisi desain cenderung lebih menarik. Ada kesan futuristik dan interiornya dibuat nyaman. Selain memang ya karena berteknologi canggih.
Kira-kira itulah pertimbangan kalau Ayahanda mau membeli kendaraan hybrid ya. Kalau duitnya cukup sih dan di perkotaan memang mending beli kendaraan listrik atau juga hybrid. Yang penting lihat situasi apakah semuanya mendukung. Terutama…apakah istri mendukung. Hehe.
6 Comments. Leave new
Eh, teringatnya motor jenis hibrida bisa ngecas baterai sendiri ya kan ketika sedang ada di mode konvensional. Trus kalau lagi pakai mode listrik, apakah pas motornya jalan, fungsi ngecasnya juga tetap jalan?
Aku tanya2 Gemini katanya motor hybrid gak bisa jarak jauh. Mungkin jauh yg dimaksud dari Sumatra ke makkah kali ya!
Bener bener ngebantu banget ya motor hybrid ini buat kita yang pingin hemat tapi masih galau mau beli motor listrik
Waah, udah ada ya motor hybrid di Indonesia? Sepertinya ini pilihan bagus buat ibu-ibu yg hobinya antar jemput anak sekolah. Thanks sharingnya, kak ^^
Aku juga kayaknya lebih memilih hybrid kalau sekarang. Soalnya insecure dengan tempat charging.
Kalau dari harga mahalan mana yak?