Beberapa waktu lalu, lewat di lini masaku, soal bagaimana edukasi kepada anak untuk menolak pemberian dari orang tidak dikenal. Di dalam video tersebut, sejumlah anak dikumpulkan lalu datanglah sosok yang misterius sambil memberikan mainan. Anak pertama yang mengambil mainan tersebut langsung diambil dan dibawa keluar. Tak lama kemudian, sosok itu datang lagi menawarkan mainan yang baru. Anak-anak lain yang masih itu itu sontak menolak, takut, bahkan menangis, tak lagi mau menerima pemberian sosok tersebut.
Gratifikasi tak jauh berbeda dengan peristiwa tersebut. Bedanya, pemberi gratifikasi bisa jadi sangat kita kenal.
Tanpa sadar, kita pun mendidik anak-anak secara tidak langsung untuk menerima suap, yang dekat dengan gratifikasi. Misal, kita kerap membujuk anak tidak menangis, nanti dibelikan mainan. Atau juga belajar yang rajin nanti diberikan hadiah. Cara mendidik anak seperti itu sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Memang sih kita memberikan harapan. Namun di sisi lain, kita mengajari anak-anak kita untuk pamrih.
Gratifikasi dan rasa pamrih itu bersahabat erat. Tentu saja, konteks gratifikasi adalah lekat dengan jabatan. Menurut UU No. 20 tahun 2001, penjelasan pasal 12b ayat (1), gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Pembedaannya dengan suap adalah, Suap terjadi jika terjadi transaksi atau deal antara kedua belah pihak. Berbeda dengan gratifikasi, yang tidak ada kesepakatan di antara keduanya. Gratifikasi terjadi jika pihak pengguna layanan memberi sesuatu kepada pemberi layanan tanpa adanya penawaran atau transaksi apa pun.
Baca Dulu: Bagaimana Peran Bapak Rumah Tangga dalam Mendidik Aspek Sosial Emosional Anak?
Mendidik Anak Anti Gratifikasi
Bagaimana cara mendidik anak anti gratifikasi sejak dini? Sebagai orang tua, jawabannya adalah penanaman nilai dan sikap sejak dini. Setidaknya ada 9 nilai dan sikap yang harus dilatih ke anak-anak kita. Apa saja itu?
Pertama dan yang utama adalah Kejujuran. Kebohongan adalah aib terbesar. Tidak boleh curang. Saya selalu mendidik dengan keras soal ini. Bahkan mohon maaf, jika anak berani berbohong, akan saya kurung di dalam kamar mandi. Sikap ini juga harus ditunjukkan di sekolah. Nilai kejujuran yang terpenting. Tidak boleh mencontek baik PR maupun ujian. Jika tidak bisa lebih baik katakan tidak bisa.
Kedua, kepedulian. Peduli Ini merupakan sebuah tindakan yang mengindahkan, memperhatikan atau tidak menghiraukan orang lain. Peduli mengindikasikan seseorang anak dapat memahami kesusahan anak-anak lain. Misalnya minta anak menghibur teman yang sedih, berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa bekal, dan menolong kucing yang sakit.
Ketiga, kedisiplinan. Kedisiplinan ini merupakan bentuk ketaatan terhadap aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin juga berarti kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Contohnya adalah menyusun jadwal yang harus ditaati sendiri.
Keempat, kemandirian. Seorang anak harus diajarkan untuk tidak bergantung pada orang lain, misalnya saat anak sedang menghadapi masalah jangan langsung dibantu, beri kepercayaan dan dukungan bahwa ia mampu menghadapi masalahnya sendiri. Contohnya jika ada PR, perhatikan dia dulu, bimbing pelan-pelan.
Kelima, tanggung jawab. Ini sangat penting untuk diajarkan bahwa apa yang kita tuai adalah apa yang kita tabur. Setiap perbuatan pasti ada balasannya. Jika menumpahkan air maka harus dilap. Jika habis makan snack, bungkusnya dibuang ke tong sampah. Jika berbuat salah, harus mengakui kesalahan dan meminta maaf. Apa-apa yang ada di dalam kamarnya adalah tanggung jawabnya seperti merapikan tempat tidur. Jika mau memelihara kucing, sanggup tidak membuang kotorannya?
Keenam, kesederhanaan. Bersikap bersahaja dan tidak berlebih-lebihan serta berarti menggunakan sesuatu secukupnya atas apa yang dimiliki, misal jika anak ingin membeli sesuatu ingatkan bahwa ia sudah punya di rumah. Biasakan membeli yang baru jika membutuhkan bukan menginginkan.
Ketujuh, keberanian. Sikap yang mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Keberanian dan kepercayaan diri ini dapat dibangun dengan membiarkan anak berekplorasi dan belajar dari kesalahannya. Misalnya membela teman yang diejek, berani menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, bisa juga dengan mengajak anak mengikuti arena permainan yang mengasah keberanian anak sejak usia dini.
Kedelapan, keadilan. Adil adalah sikap selalu berlaku sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Adil berarti juga kita dapat memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Tanamkan nilai bahwa setiap orang punya hak dan kewajiban yang sama dan harus diperlakukan dengan setara.
Kesembilan, kerja keras. Bekerja keras merupakan sikap gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, tidak asal-asalan. Sikap bekerja keras akan membuat anak meraih tujuan yang diinginkan. Contohnya pada anak saat di rumah atau di sekolah, bisa berjuang saat bermain atau menyelesaikan project, saat merapikan mainan, dan sebagainya. Perlihatkan pada anak bahwa dengan kerja keras sesuatu yang diinginkan dapat terwujud.
Baca Juga: Ide Permainan Anak Laki-laki Buat Quality Time di Rumah
Kenapa Harus Anti Gratifikasi?
Gratifikasi adalah bibit korupsi yang harus diberantas. Parahnya korupsi memiliki dampak langsung terhadap iklim investasi dan dunia usaha yang bisa dirasakan seperti :
- Menyebabkan ketimpangan pendapatan
- Aktivitas ekonomi tidak efisien
- Menyebabkan harga tinggi namun kualitas produk rendah
- Tidak adanya stimulus inovasi
- Rentan menyebabkan konflik
- Memunculkan ekonomi bayangan.
Pada negara yang tingkat korupsinya rendah pemerintah dapat mengalokasikan anggarannya secara efektif dan efisien tanpa korupsi untuk hal-hal yang berdampak langsung bagi masyarakat :
- Sektor pendidikan, dampak positif pemberantasan korupsi dapat tergambar dari hasil survei global yang menunjukkan bahwa semakin rendah korupsi di suatu negara maka akan semakin tinggi kualitas pendidikan di negara tersebut.
- Sektor kesehatan seperti tergambar dari meningkatnya kualitas fasilitas kesehatan dan kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya.
- Dampak positif lain dari minimnya korupsi adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Hal ini akan mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan produktivitas masyarakat yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Untuk mengurangi tingkat korupsi kita bisa berpartisipasi dengan cara memutus praktik gratifikasi dimulai dari anak-anak kita sendiri. Edukasi sejak dini harus digalakkan. Gratifikasi dapat melahirkan suap, pemerasan hingga tindakan yang merugikan keuangan negara. Mata rantai gratifikasi ini harus diputus supaya tidak berlanjut ke generasi penerus. Seperti yang juga digalakkan Inspektorat Provinsi Sumatera Selatan, dengan memutus rantai gratifikasi kita akan menuju arah baru Hijau Tanpa Gratifikasi yang dibangun dari nilai integritas, kepercayaan, dan keadilan agar Sumsel Maju untuk Semua. Mari mulai dari diri sendiri dan orang terdekat kita untuk tidak melakukan praktik gratifikasi. Stop gratifikasi!
1 Comment. Leave new
Wah berat nih berat temanya, sedini mungkin ngajarin anak menolak gratifikasi. Tp emang tanpa sadar org dewasa suka kasi contoh jelek trus dimaklumi “ah gpp anak kecil”, pdhl sebenarnya gak baik kalau keseringan ntr jd kebawa mpe dewasa yaaa.